Jumat, 08 Oktober 2010

Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk pasien gangguan jantung
(Makanan sumber protein nabati)


Penatalaksanaan diet penyakit jantung

Tujuan Diet Jantung
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung
2. Menurunkan berat badan bila gemuk
3. Mencegah penimbunan cairan

Syarat Diet Jantung
1. Energi cukup untuk mencapai BBI
2. Protein cukup 0,8 gr /kg BB
3. Lemak sedang 25 % s/d 30 % total energi
4. Kolesterol rendah
5. Vitamin dan mineral cukup
6. Mudah dicerna tidak menimbulkan gas
7. Cairan cukup 2 ltr / hr sesuai kebutuhan
8. Sesuaikan kondisi pasien Enteral, parenteral

Jenis Diet Jantung dan Indikasi pemberian
A. Diet Jantung I :
Diberikan pada Pasien penyakit jantung akut seperti MCI atau Decompensasi Kordis berat. Diet diberikan 1 – 1,5 ltr / hr selama 1 – 2 hr pertama bila pasien dapat menerimanya

B. Diet Jantung II
Diberikan dalam bentuk makanan saring / lunak. Diet ini diberikan sebagai perpindahan dari DJ I atau pase akut dapat diatasi. Jika disertai hipertensi / edema DJ II dan garam rendah. Diet ini rendah nilai gizinya

C. Diet Jantung III
Diberikan dalam bentuk lunak /biasa. Diet ini diberikan sebagai perpindahan dari DJ II atau kepada pasien jantung dengan kondisi yang tidak terlalu berat jika disertai hipertensi atau edema diberikan DJ III garam rendah. Diet ini cukup zat gizi


D. Diet Jantung IV
Diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet ini sebagai perpindahan dari DJ III atau pada pasien dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi atau endema diberikan DJ IV garam rendah

Bahan makanan yang dianjurkan yang berasal dari sumber protein nabati
• Kacang – kacang kering seperti:
Kacang kedelai
Tahu
Tempe
Bahan makanan yang tidak di anjurkan yang bersal dari sumber protein nabati
• Kacang – kacang kering yang mengandung lemak cukup tinggi seperti:
Kacang tanah
Kacang mete
Kacang bogor


DAFTAR PUSAKA

Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangkukusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia.2006.Penuntun Diet .Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

Rabu, 06 Oktober 2010

hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal. Ini termasuk golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal. Apabila hipertensi tidak terkontrol akan menyebabkan kelainan pada organ-organ lain yang berhubungan dengan sistem-sistem tersebut. Semakin tinggi tekanan darah lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit kardiovaskuler secara premature1. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). Tidak ada data akurat mengenai prevalensi hipertensi sekunder dan sangat tergantung dimana angka itu diteliti. Diperkirakan terdapat sekitar 6% pasien hipertensi sekunder sedangkan di pusat rujukan dapat mencapai sekitar 35%. Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada 2 mekanisme yaitu gangguan sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi sering meninggal dini karena komplikasi jantung (yang disebut sebagai penyakit jantung hipertensi). Juga dapat menyebabkan syok, gagal ginjal, gangguan retina mata.
Peningkatan tekanan darah yang lama dan tidak terkontrol dapat menyebakan bermacam-macam perubahan pada struktur miokardial, vaskuler koroner, dan sistem konduksi dari jantung. Perubahan ini dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (LVH) , penyakit arteri koroner, kelainan system konduksi, dan disfungsi sistolik dan diastolic dari miokardium, yang biasanya secara klinis tampak sebagai angina atau infark miokard, aritmia (khususnya atrial fibrilasi), dan gagal jantung kongestif (CHF).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah Konsep Dasar Penyakit dari Hipertensi Heart Disease?
2. Bagaimanakah Konsep dasar Asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi Heart Disease?
C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep Dasar Penyakit dari Hipertensi Heart Disease
2. Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Hipertensi Heart Disease
D. Metode Penulisan
1. Metode Penelusuran melalui internet
2. Metode Kajian Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Penyakit
A.Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2000 : 144)
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001 : 453)
Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tekanan vesikalis perifer arterior (Mansjoer, 2000 : 144)
Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

A. Etiologi/Penyebab
 Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
 Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
• Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
• Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
• Stress karena Lingkungan.
• Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah.
 Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
• Elastisitas dinding aorta menurun
• Katub jantung menebal dan menjadi kaku
• Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
• Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
• Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

 Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
• Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
• Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
• Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
• Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
• Kegemukan atau makan berlebihan
• Stress
• Merokok
• Minum alkohol
• Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
• Glomerulonefritis
• Pielonefritis
• Nekrosis tubular akut
• Tumor
b. Vascular
• Aterosklerosis
• Hiperplasia
• Trombosis
• Aneurisma
• Emboli kolestrol
• Vaskulitis
c. Kelainan endokrin
• DM
• Hipertiroidisme
• Hipotiroidisme
d. Saraf
• Stroke
• Ensepalitis
• SGB
e. Obat – obatan
• Kontrasepsi oral
• Kortikosteroid

B. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung koroner.


 Faktor Koroner
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu:
1) penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan mengakibatkan tahanan perifer;
2) hipertrofi yang meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat otot yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri.

C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K Chung, 1995 )
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

D. Klasifikasi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut :
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80 2. Normal 120 – 129 80 – 84 3. High Normal 130 – 139 85 – 89 4. Hipertensi Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99 Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109 Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119 Grade 4 (sangat berat) >210 >120

E. Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua kategori—pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas.
Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi :
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.

Beberapa diet yang dianjurkan:
• Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
• Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
• Diet kaya buah dan sayur.
• Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
• Tidak mengkomsumsi Alkohol.


b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.

c. Penurunan Berat Badan

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik,sehingga dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi aritmia.
Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya dengan obat antihipertesni.
d. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3.Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan.

G. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial.
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut:
pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :
a. Stroke
b. Gagal jantung
c. Gagal Ginjal
d. Gangguan pada Mata

I.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian
A. Aktivitas/ Istirahat
 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
 Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
B. Sirkulasi
 Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi,perspirasi.
 Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
C. Integritas Ego
 Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
 Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
D. Eliminasi
 Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
F. Makanan/cairan
 Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik
 Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
G. Neurosensori
 Genjala: Keluhan pening /pusing,sakit kepala,subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
 Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.
H. Nyeri/ ketidaknyaman
 Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
I. Pernafasan
 Gejala: Dispnea yang berkaitan dari aktivitas /kerja takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
 Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan buny inafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
J. Keamanan
 Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural

2.Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih
5. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri

3. Perencanaan Keperawatan

Dx 1 : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien mau berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung dengan KH :
- TD dalam rentang individu yang dapat diterima
- Irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal -Pantau TTD




-Catat keberadaan,kualitas denyutan sentraldan perifer







-Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas








-Amati warna kulit,kelembaban,suhu,dan masa pengisian kapiler



-Catat edema umum/tertentu


-Berikan lingkungan tenang dan nyaman,kurangi aktivitas/keributan lingkungan .batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
-Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi;jadwal periode istirahat tanpa gangguan;bantu pasien melakukan perawatan diri sesuai kebutuhan.
-Lakukan tindakan-tindakan nyaman seperti pijatan punggung dan leher,miringkan kepala di tempat tidur.
-Anjurkan tehnik relaksasi,panduan imajinasi ,aktivitas pengalihan.
-Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
-Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular.

-Denyutan karotis,jugularis,radialis dan femolarismungkin teramati/terpalpasi.Denyut pada tungkai mungkin menurun,mencerminkan efek dari vasokontriksi(peningkatan SVR) dan kongesti vena.



-S4 umumnya terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipermetrofi atrium(peningkatan volume/tekananatrium)Perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi,adanya krakles,mengi dapat mengindikasikan kongesti paru skunder terhadap terjadinya atau gagal ginjal kronik.
-adanya pucat,dingin,kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung
-Dapat mengindikasikan gagal jantung,kerusakan ginjal atau vascular.
-Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis;meningkatkan relaksasi



-Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.




-Mengurangiketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.



-Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,membuat efek tenang,sehingga menurunkan TD.
-Respon terhadap terapi obat “stepeed”(yang terdiri atas diuretic.inhibitorsimpatis dan vasodilator)tergantung pada individu dan efek sinergis obat.karena efek samping tersebut,maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling rendah.

Dx 2 : Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien klien mampu melakukan aktivitas yang ditoleransi KH :
-Klien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
-melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
-menunjukkan penurunan dalam tanda – tanda intoleransi fisiologi
-Kaji respon klien terhadap aktivitas,perhatian frekuensi nadi lebih dari20 X per menit di atas frekuensi istirahat ;peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas,dispnea,nyeri dada;keletihan dan kelemahan yang berlebihan;diaphoresis;pusing atau pingsan.
-Intruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi,mis; menggunakan kursi saat mandi,duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi,melakukan aktifitas dengan perlahan.
-Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi .berikan bantuan sesuai kebutuhan. -menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.



-Tehnik menghemat energi mengurangi penggurangan energy juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.


-kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba- tiba.memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

Dx 3 : Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan KH :
-Klien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
-mempertahankan tirah baring selama fase akut

-berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala mis; kompres dingin pada dahi,pijat punggung dan leher,tenang,redupkan lampu kamar lampu kamar,tehnik relaksasi(panduan imajinasi,diktraksi) dan aktifitas waktu senggang.
-Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala mis; mengejan saat BAB,batuk panjang dan membungkuk.


-Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan



-berikancairan,makanan lunak,perawatan mulut yang teratur bila terjadi pendarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan pendarahan






-kolaborasi pemberian obat analgesik,



- kolaberasi pemberian obat Antiansietas mis; lorazepanm(ativan),diazepam,(valium) -meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
-tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
-Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular serebral.

-pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.
-meningkatkan kenyamanan umum.kompres hidung dapat mengganggu proses menelan atau membutuhkan napas dengan mulut ,menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membrane mukosa.
-munurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simpatis.
-dapat mengurangi ketegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.

Dx 4 : Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nutrisi klien cukup/optimal sesuai kebutuhan dengan KH :
- Berat badan klien dalam batas ideal -Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan



-Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,garam,dan gula,sesuai indikasi. -kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan massa tubuh.
-Kesalahan kebiasaan makan makan menujang terjadinya ateroskerosis dan kegemukan.

Dx 5 : Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan pada klien dengan KH :
-Klien paham dengan tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
-Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.termasuk orang terdekat.











-Terapkan dan nyatakan batas TD normal.jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung,pembuluh darah ,ginjal dan otak.







-Hindari mengatakan TD normal dan gunakan istilah”terkontrol dengan baik “saat menggambarkan tekanan darah pasien TD pasien dalam batas yang normal. -kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien dan/orang terdekat untuk mempelajari penyakit,kemajuan,dan prognosis.bila pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan continue,maka perubahan prilaku tidak akan dipertahankan.
Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarisifikasi istilah medis yang sering digunakan.pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
-Karena pengobatan untuk pasien hipertensi adalah sepanjang kehidupan,maka dengan penyampaian ide”terkontrol”akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.


4. Evaluasi
Dx 1: Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Dx 2 : Sirkulasi tubuh tidak terganggu
Dx 3:Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Dx 4 :Nutrisi seimbang
Dx5:Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

















DAFTAR PUSTAKA

Dongoes,Marlynn.E.dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Ed-3,Jakarta:EGC
Rilantono,L.dkk.2002.Buku Ajar Kardiologi,Jakarta:Universitas Indonesia
Smeltzer,C Suzanne dan Bare,Brenda G.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,Ed-8,vol.2,Jakarta:EGC
Mansjoer,arif.dkk.2001.Kapita Selekta kedokteran ,Ed-3, jilid I.Jakarta:FKUI Media Aesculapius
www.emedicine.com

ASKEP KONJUNGTIVITIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi.

Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. Konjungtiva bulbaris (menutupi bagian permukaan anterior bola mata).
3. Forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata).

Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat dibawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.

Konjungtivitis terdiri dari:
1. Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivitis atopic simple alergik konjungtivitis, konjungtivitis seasonal, kanjungtivitis vernal, giant papillary conjunctivitis)
2. Konjungtivitis bacterial (hiperakut, akut, kronik)
3. Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik)
4. Konjungtivitis klamedia
5. Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik, neonatal, parinaud’s okuloglandular syndrome, phlyctenular, sekunder).


1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat kami tarik suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian dari konjungtivitis?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi penyakit konjungtivitis?
1.2.3 Apa etiologi dari konjungtivitis?
1.2.4 Apa penyebab dan factor predispasisinya?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari penyakit konjungtivitis?
1.2.6 Bagaimana klasifikasinya?
1.2.7 Apa saja gejala klinisnya?
1.2.8 Apa saja pemeriksaan fisik yang dilakukan?
1.2.9 Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan yang dilakukan?
1.2.10 Bagaimana prognosis dari penyakit konjungtivitis?
1.2.11 Terapi apa yang diberikan pada penderita konjungtivitis?
1.2.12 Bagaimana asuhan keperawatannya?

1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memehami:
1.3.1 Pengertian dari konjungtivitis.
1.3.2 Epidemiologi dari penyakit konjungtivitis.
1.3.3 Etiologi dari konjungtivitis.
1.3.4 Penyebab dan factor predispasisinya
1.3.5 Patofisiologi dari penyakit konjungtivitis
1.3.6 Bagaimana klasifikasinya?
1.3.7 Gejala klinis dari konjungtivitis
1.3.8 Pemeriksaan fisik yang dilakukan
1.3.9 Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yang dilakukan
1.3.10 Prognosis dari penyakit konjungtivitis
1.3.11 Terapi yang diberikan pada penderita konjungtivitis
1.3.12 Asuhan keperawatannya yang terdiri dari : pengkajian, diagnosa, intervensi, dan evaluasinya.

1.4 Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan yaitu metode kepustakaan yang mengambil materi dari beberapa buku dan literature.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1.1 Pengertian

Konjungtivitis adalah infeksi atau inflamasi pada konjungtiva mata dan biasa dikenal sebagai pink eye (………….)
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat.
Kesimpulan :
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva mata yang ditandai dengan pengbengkakan dan eksudat.

2.1.2 Epidemiologi
Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru. Penderita lebih banyak pada anak-anak dengan gizi kurang atau sering mendapat radang saluran nafas, serta dengan kondisi lingkungan yang tidak higienis. Meskipun sering dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, tapi tidak jarang penyakit paru tersebut tidak dijumpai pada penderita dengan konjungtivitis flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah helmintiasis. Di Indonesia umumnya, terutama anak-anak menderita helmintiasis, sehingga hubungannya dengan konjungtivitis flikten menjadi tidak jelas.

2.1.3 Etiologi
Pembagian konjungtiva berdasarkan penyebabnya:
1. Konjungtivitis alergik
2. Konjungtiva akut bacterial, misal: konjungtivitis blenore, konjungtivitis gonore, konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis kataral.
3. Konjungtivitis akut viral, missal: keratokonjungtivitis epidemic, demam faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic.
4. Konjungtivitis akut jamur
5. Konjungtivitis kronis, misalnya: trakoma.
6. Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi, nutrisi, kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet).


2.1.4 Faktor Predisposisi
1. Agen infeksi

Bakteri
Klamedia
K. Trachomatis
K. Inklusi
K. Klamedia lain


2. Virus

Demam faringokonjungtivitis
Keratokonjungtivitis epidemika
K. virus herpes simplek
K. New Castel
K. haemoragik akut
Blefarokonjungtivitis molluscum contagiosum
Blefarokonjungtivitis varr. Zoster
Blefarokonjungtivitis morbilli (kronis)


3. Konjungtivitis jamur

Kandida
Sporothix schenchii
Rhinosporodium serebri
Coccidiodes immitis


4. Konjungtivitis parasit

Onchocerclasis Thelazeacalifornensis
Loa-loa
Ascaris Lumbricoides
Thricinella spiralis
Schistosoma haemobium
Taenia solium
Pthirus pubis
Oftalmomiliasi

5. Konjungtivitis imunologik

Konjungtivitis Hay fever
Konjungtivitis vernalis
Konjungtivitis atopic
Konjungtivitis giant pappilaris
Phlictenularis
Konjungtivitis akibat sekunder blepbaritis



6. Konjungtivitis karena penyakit autoimun
Keratokonjungtivitis sicca
Phempigoid sikatrikal

7. Konjungtivitis irritatif/paparan kimia

8. Konjungtivitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik
Thyroid
Gout
Karsinoid
























2.1.5 Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan allergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna. Karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent

Konjungtiva, karena posisinya terpapar pada banyak organism dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar.pada film air mata, unsure berairnya mengencerkan bakteri infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata. Dan air mata mengandung substansi anti mikroba termasuk liozim. Adanya agen perusak, menybabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel atau granoloma. Mungkin pula terdapat edema pada sroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limpoid stroma atau pembentukan folikel. Sel-sel radang bermigrasi dari stoma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan pus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra pada saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh mata konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hyperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.

2.1.6 Klasifikasi
1. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri sebabkan oleh bakteri (staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniac, haemophilus influenza, Escherichia coli, neisseria gonorrhea, corynebacterium diphtheria). Konjungtivitis jenis ini mudah menular.
Konjungtivitis ini berupa konjungtivitis mukopurulen dan konjungtivitis porulen, dengan tanda hiperemi konjungtiva, edema kelopak, pupil dan dengan kornea yang jernih. Kadang disertai keratis dan blefaritis. Biasanya dari satu mata menjalar ke mata yang lain dan dapat menjadi kronik.
2. Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis viral adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh infeksi virus (adenovirus, herpes simpleks, herpes zoster, klamidia, new castel, pikorna, entercvirus dan sebagainya). Pada konjungtivitis ini terdapat sedikit kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, infeksi, nodul preaurikular bisa nyeri atau tidak, serta kadang disertai sakit tenggorokan dan deman.
3. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis alergi adalah radang konjungtiva akibat reaksi terhadap non infeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Merupakan reaksi antibody humoral terhadap allergen. Biasanya dengan riwayat atopi.
Konjungtivitis ini ditandai dengan mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal dan silau. Sering berulang dan menahun, bersamaan dengan rhinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat atopi sendiri atau dalam keluarga. Pada pemeriksaan ditemuka infeksi ringan pada konjungtiva palpebra dan bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat menimbulkan konflikasi pada konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat.


4. Konjungtivitis Sika
Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eye adalah suatu keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal. Konjungtivitis ini terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata, kelenjar air mata, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindron sjogren.
Konjungtivitis sika ditandai dengan gatal, mata seperti berpasir, silau dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakan kelopak mata, mata tampak kering dan terdapat erosi kornea.
2.1.7 Gejala Klinis
Tanda dan gejala:
Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertropi fapiler, kemosis, folikel, psedomrmbran dan membran, granuloma dan adenopati pre-aurikuler.
Hiperimia adalah tanda klinik yang paling mencolok dari konjungtivitis akuta kemerahan paling nyata pada formix dan mengurangi kearah limus ke arah dilatasi pembuluh –pembuluh posterior.
Berair mata (epipora) sering mencolok pada konjungtiviotis sekresi pada air mata disebabkan adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar, gatal.
Eksudasi adalah ciri semua ciri dari konjungtivitis akut eksudfat itu berlapis lapis dan amof pada konjungtivitis bakterior dan berserabut pada konjungtivitis alergi
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller
Hipertropi palpira adalah reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tartus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus.
Kemosis konjungtiva sangat mengesankan konjungtivitis alergika namun dapat terjadi pada kon\jungtivitis gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenovirus.
Folikel tampak pada kebanyakan kasus kontivitis virus, pada semua kasus kongtivitis klamidia kecuali inklusi neonatal, pada beberapa kasus konjungtivitis parasitik dan beberapa kasus konjungtivitis toksik yang diinduksi pengobatan topikal seperti dengan idoxuridine, dipivefrin dan miotika.
Pseudomembran dan membran adalah hasil proses eksudatif dan hanya berbeda derajatnya.
Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan paling sering berupa khalazia.
Limphadenopati preaurikuler adalah tanda penting konjungtivitis. Sebuah nodus preaurikuler jelas tampak pada sidrom okulogular parinaud dan jarang pada keratokonjungtivitis epidemika.

2.1.8 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter atau tanda konjungtivitis yang meliputi:
1. Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kea rah limbus.
2. Kemungkinan adanya sekret:
a. Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri yang menyebabkan kelopak mata lengket saat bangun tidur.
b. Berair/encer pada inveksi virus.
3. Edema konjungtiva
4. Blefarospasme
5. Lakrimasi
6. Konjungtiva palpebra ( merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi)
7. Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtival banyak, kemosis, dapat ditemukan pseudo membrane pada infeksi pneumakok. Kadang-kadang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil-kecil baik di konjungtiva palpebra maupun bulbi yang biasanya disebabkan pneumokok atau virus.
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Test komposisi air mata :
Schimer test
BUT
Ferning test
Uji Anel
Pemeriksaan swab sekret (gram , Giemsa )
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus atau melihat halo.

2.1.10 Prognosis
Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti Haemophilus influenzae, adalah penyakit swasirna. Bila tidak diobati akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan akan sembuh sendiri dalam 1-3 hari.
Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari.

2.1.11 Therapy
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata atau kompres hangat.
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi kepada klien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk dan sapu tangan baru yang terpisah.





2.2 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Konjungtivitis
2.2.1 Pengkajian

1. Identitas pasien
2. Status kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Lama keluhan
c. Timbulnya keluhan
d. Faktor yang memperberat
e. -Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah dialami
- Belum pernah dirawat di rumah sakit akibat penyakit yang serupa
b. Riwayat Alergi
- Pasien tidak ada riwayat alergi obat-obatan maupun makanan
c. Riwayat kesehatan keluarga
- Tidak ada riwayat penyakit keturunan

4. Kebutuhan dasar manusia (virginia Henderson )
5. Pemeriksaan fisik
- keadaan umum
Kesadaran
GCS
- tanda-tanda vital
- keadaan fisik
6. Anamnesa
Kaji gejala yang dialami klien sesuai jenis konjungtivitis yang dialami meliputi gatal dan rasa terbakar pada alergi, sensasi benda asing pada infeksi bakteri akut dan infeksi virus, nyeri dan foto pobia jika kornea terkena, keluhan peningkatan produksi air mata, pada anak-anak dapat disertai dengan demam dan keluhan pada mulout dan tenggorokan. Kaji riwayat detail tentang masalah sekarang dan catat riwayat cedera atau terpajan lingkungan yang tidak bersih.




2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan edema dan iritasi konjungtiva ditandai dengan peningkatan eksudasi, fotofobia, lakrimasi dan rasa nyeri.
2. Risiko tinggi penularan penyakit pada mata yang lain atau pada orang lain yang berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan klien tentang penyakit
3. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan penurunan lapang pandang.
4. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan actual dalam penampilan ditandai dengan mata merah dan edema kelopak mata.
2.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan Dan Criteria Hasil Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan edema dan iritasi konjungtiva ditandai dengan peningkatan eksudasi, fotofobia, lakrimasi dan rasa nyeri.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri/fotofobia/eksudasi. Dan menunjukkan perbaikan keluhan dengan criteria hasil:
- penurunan skala nyeri

- Pasien tidak tampak gelisah
- TTV normal 1. Kompres tepi palpebra atau mata dalam keadaan tertutup dengan larutan salin selama kurang lebih 3 menit.
2. Usap eksudat secara perlahan dengan kapas yang sudah dibasahi salin dan setiap mengusap hanya dipakai satu kali.

3. Beritahu klien agar tidak menutup mata yang sakit

4. Anjurkan pada klien wanita dengan konjungtivitis alergi agar menghindari atau mengurangi penggunaan taarias hingga semua gejala konjungtivitis hilang. Bantu klien mengidentifikasi sumber allergen yang lain. Tekankan pentingnya kacamata pelindung bagi klien yang bekerja dengan bahan kimia iritan. 1. Melepaskan eksudat yang lengket pada tepi palpebra.




2. Membersihkan palpebra dari eksudat tanpa menimbulkan nyeri dan meminimalkan penyebaran mikroorganisme.


3. Mata yang tertutup merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.

4. Mengurangi ekspose allergen atau iritan.

2 Risiko tinggi penularan penyakit pada mata yang lain atau pada orang lain yang berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan klien tentang penyakit
Setelah diberikan asuhan keperawatan pengetahuan klien adekuat tentang tindakan pencegahan penularan. Dengan criteria hasil: tidak terjadi penularan penyakit pada mata yang lain atau orang lain. 1. Beritahu klien untuk mencegah pertukaran sapu tangan, handuk dan bantal dengan anggota keluarga yang lain.
2. Ingatkan klien untuk tidak menggosok mata yang sakit atau kontak sembarang dengan mata.
3. Beritahu klien teknik cuci tangan yang tepat. 1. Meminimalkan resiko penyebaran infeksi.




2. Menghindari penyebaran infeksi pada mata yang lain dan pada orang lain.


3. Prinsip higienis perlu ditekankan pada klien untuk mencegah replikasi kuman sehingga penyebaran infeksi dapat dicegah.
3 Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan penurunan lapang pandang.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi gangguan penglihatan pada pasien. 1. Bersihkan sekret mata dengan cara yang benar.

2. Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan tetes mata dan salep mata

3. Gunakan kaca mata gelap 1. Sekret mata akan membuat pandangan kabur.

2. Memberikan informasi pada klien agar tidak melakukan aktivitas berbahaya sesaat setelah penggunaan obat mata.


3. Mengurangi fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan klien.
4 Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan actual dalam penampilan ditandai dengan mata merah dan edema kelopak mata.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan klien tidak merasa malu dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan fisiknya dengan criteria hasil:
- pasien menyatakan gambaran diri lebih nyata.
1. Buat hubungan terapiutik perawat pasien.



2. Tingkatkan konsep diri tanpa penilain moral


3. Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat sendiri dan menerima diri sebagai diri sendiri saat ini. 1. Dalam hubungan membantu pasien dapat mulai untuk mempercayai dan mencoba pemikiran dan prilaku baru.

2. Pasien melihat diri sebagai lemah harapan, meskipun bagian pribadi merasa kuat dan dapat mengontrol.
3. Pasien sering tidak tahu apakah yang diinginkan untuk dirinya sendiri.


2.2.3 Evaluasi
Dx 1: Kenyamanan pasien dapat terpenuhi
Dx 2 : Resiko penularan penyakit pada mata dapat teratasi.
Dx 3: Gangguan penglihatan pasien dapat teratasi
Dx 4: Pasien dapat menyatakan gambaran diri lebih nyata

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konjungtivitis adalah Radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen.
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat.
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret (id.wikipedia.org).
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis dapat diketahui melalui tanda dan gejala sebagai berikut:
o Hiperemi konjungtiva
o Edema kelopak, pupil, dan dengan kornea kornea yang jernih.
o Kadang disertai keratis dan blefaritis.
o Menjalar dari mata satu ke mata yang lain dan dapat menjadi kronik
Mata akan terasa gatal, mengeluarkan sekret, tidak ada penurunan tajam penglihatan.
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata atau kompres hangat.
3.2 Saran
Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan para pembaca akan lebih memahami mengenai penyakit pada mata khususnya penyakit konjungtivitis. Sehingga diharapkan kita lebih menjaga kebersihan mata agar terhindar dari penyakit mata.